Teorikimia - Kitosan merupakan polimer alam dengan rumus (C6H11NO4)n
dan merupakan turunan utama kitin (Chitin) (Alves, 2008). Kitosan (Chitosan) pertama sekali ditemukan
oleh Routget (1859) dan mempunyai derajat kereaktifan yang tinggi disebabkan
adanya gugus amino bebas sebagai gugus fungsional.
Kitosan secara umum
diperoleh dari hasil deasetilasi kitin dalam larutan NaOH pekat. Kitin banyak
dijumpai pada hewan antropoda (kepiting), jamur dan ragi (Gambar 1). Pada jamur kitin berasosiasi
dengan polisakarida, sedangkan pada hewan kitin berasosiasi dengan protein. Sedangkan
kitin adalah biopolimer yang menyusun cangkang crustaceae, insecta,
dan terdapat dalam dinding sel jamur dan yeast. Secara kimiawi, kitin
merupakan polimer poli-ß-1,4-asetil diglukosamin. Delapan puluh persen dari
massa total eksoskeleton udang dangan merupakan kitin (Karlson, 1984).
Gambar 1. Kepiting sebagai sumber kitin kitosan alami
Kitosan yang merupakan biopolimer yang alami mempunyai
sifat khas seperti bioaktifitas, dan biodegradasi (Varshosaz dkk.,
2005; Huanbutta dkk., 2008; Ishihara
dkk., 2006). Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, juga tidak
larut dalam alkali dan asam mineral encer kecuali di bawah kondisi tertentu dengan
adanya sejumlah asam sehingga dapat larut dalam air/metanol, air, aseton dan
campuran lainnya. Kitosan pelarut
organik seperti alkohol, aseton, dimetil formamida dan dimetil sulfoksida,
kitosan tidak dapat larut, tetapi dalam asam fonnat dengan konsentrasi 0,2–10%
dalam air kitosan larut.
Sifat–sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus –gugus amino dan hidroksil yang terikat. Gugus–gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktivitas kimia yang tinggi dan menyumbang sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti. Di samping itu kitosan dapat berinteraksi dengan zat–zat organik lainnya seperti protein sehingga kitosan relatif banyak digunakan dalam bidang kesehatan (Kaban, 2009). Struktur kitosan dapat dilihat pada gambar 2.
Sifat–sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus –gugus amino dan hidroksil yang terikat. Gugus–gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktivitas kimia yang tinggi dan menyumbang sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti. Di samping itu kitosan dapat berinteraksi dengan zat–zat organik lainnya seperti protein sehingga kitosan relatif banyak digunakan dalam bidang kesehatan (Kaban, 2009). Struktur kitosan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Struktur Kitosan
Tabel 1. Kandungan Kitin pada berbagai
jenis Hewan dan Jamur (Knoor, 1984)
No
|
Sumber
|
Jenis
|
Kandungan
Kitin
|
1
2
3
4
|
Crustaceae
Serangga
Mollusca
Jamur
|
Kepiting
Lobster
: - Nephos
- Homurus
Kecoa
Lebah
Ulat
Sutra
Kulit
remis/kijing
Aspergilus
Penecillum
Saccharomyces
Lactarius
vellerreus
|
72,1a
69,8a
(68,8–
]77)
18,4a
(27
– 35)a
44,2a
6,1
42,0b
20,1b
2,9
19
|
Keterangan
:
a = berat organik dari kutikula
b = berat kering dari dinding sel
Kitosan dibedakan
dari kitin karena adanya gugus amino bebas (Schlaak and Lindenthal,
2000) yang reaktif (Rabea, et al., 2003). Kitin alami memiliki BM 1-2
juta derajat asetilasi (terdiri atas 6000-12000 unit monosakarida), sedangkan
BM kitosan relatif lebih rendah (70.000-2.000.000), sebab terjadi pemisahan
rantai selama proses transformasi (Schlaak dan Lindenthal, 2000; Khan dan Kok Khiang Peh, 2001).
1. Tahapan Pembuatan Kitosan
Kitosan diperoleh dari deasitilasi
kitin. Secara umum proses deasitilasi kitin terdiri dari deproteinisasi, demineralisasi, dan dekolorisasi
(Zakaria, 1997). Kitosan yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan standar
kitosan yang telah ditentukan (tabel 2)
Tabel 2. Standar Kitosan ( Muzzarelli, 1985; Austin,
1988)
Deasetilasi
|
≥ 70 % jenis teknis dan
> 95 % jenis pharmasikal
|
Kadar abu
|
Umumnya < 1 %
|
Kadar air
|
2 – 10 %
|
Kelarutan
|
Hanya pada pH ≤ 6
|
Kadar nitrogen
|
7 - 8,4 %
|
Warna
|
Putih sampai kuning pucat
|
Ukuran partikel
|
5 ASTM Mesh
|
Viscositas
|
309 cps
|
E.Coli
|
Negatif
|
Salmonella
|
Negatif
|
1.1 Deproteinisasi
Protein dalam
kulit kepiting mencapai sekitar 21 % dari bahan keringnya. Protein tersebut
berikatan kovalen dengan kitin. Dalam proses ini kulit kepiting direaksikan
dengan larutan natrium hidroksida panas dalam waktu yang relatif lama. Tujuan
dari proses ini adalah untuk memisahkan atau melepas ikatan-ikatan antara
protein dan kitin.
1.2 Demineralisasi
Mineral dalam kulit
kepiting dapat mencapai 40-50 % tiap berat bahan kering. Proses demineralisasi
menggunakan larutan asam klorida encer. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
garam-garam anorganik atau kandungan mineral yang ada pada kitin terutama
kalsium karbonat.
1.3 Decolorisasi
Penghilangan zat-zat warna dilakukan pada waktu pencucian residu setelah proses deproteinasi dan demineralisasi. Pada proses ini hasil dari proses demineralisasi direaksikan natrium hipoklorit (NaOCl) atau peroksida. Proses bertujuan untuk menghasilkan warna putih pada kitin. Kitin yang dihasilkan kemudian diaduk dengan NaOH 50 %. Kitosan yang dihasilkan kemudian diuji derajat deasitilasinya (>70 %). Derajat deasitilasi dari kitosan dapat dilihat dari spektrum FTIR yang dihasilkan (Gambar 3)
Penghilangan zat-zat warna dilakukan pada waktu pencucian residu setelah proses deproteinasi dan demineralisasi. Pada proses ini hasil dari proses demineralisasi direaksikan natrium hipoklorit (NaOCl) atau peroksida. Proses bertujuan untuk menghasilkan warna putih pada kitin. Kitin yang dihasilkan kemudian diaduk dengan NaOH 50 %. Kitosan yang dihasilkan kemudian diuji derajat deasitilasinya (>70 %). Derajat deasitilasi dari kitosan dapat dilihat dari spektrum FTIR yang dihasilkan (Gambar 3)
2. Manfaat kitin kitosan (chitin chitosan) untuk manusia.
2.1 Manfaat dalam bidang kesehatan.
Chitosan / kitosan memiliki banyak manfaat jika diolah dengan benar, pada bidang kesehatan kitosan dapat digunakan sebagai bahan penghambat perbanyakan sel kanker lambung manusia dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu chitosan dapat mengikat lemak dan menghambat penyerapan lemak oleh tubuh dan mengurangi LDL yang dikenal oleh masyarakat sebagai kolesterol jahat sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah secara efektif, aman dan tanpa efek samping.
Chitosan juga dapat digunakan sebagai obat untuk menghindari kemungkinan terjangkit penyakit typhus, karena kitosan dapat menghambat pertumbuhan berbagai mikroba patogen penyebab penyakit typhus seperti Salmonella enterica, S. enterica var. Paratyphi-A dan S. enterica var. Paratyphi-B.
Karena fungsinya yang dapat menurunkan kolesterol jahat sehingga kitosan ini dapat mengurangi beban kerja liver (hati) dan mengurangi tekanan kerja organ tubuh lain akibat adanya lemak yang berlebihan, selain itu juga membantu mengontrol tingkat asam urat sehingga terhindar dari penyakit encok dan batu ginjal.
2.2 Manfaat dalam bidang Kecantikan
Chitosan / kitosan sudah lama dipergunakan pada bidang kecantikan, dimana senyawa ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelembab, antioksidan dan tabir surya pada berbagai macam produk kosmetik.
2.3 Manfaat dalam bidang pengawetan makanan
Kitosan juga bermanfaat sebagai bahan pengawet alami, karena mampu menghambat pertumbuhan berbagai mikroba patogen. Sehingga kitosan atau yang dalam bahasa latinnya disebut Chitosan ini dapat meningkatkan daya tahan produk makanan mudah busuk pada berbagai produk olahan ikan dan daging seprti ikan asin, bakso, sosis, nuget, buah-buahan, sayuran, tahu, mi basah, mayonise, dodol, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar