Teorikimia - Kita tentunya sering melihat dan mendengar iklan di televisi bahwa ada salah satu produk obat-obatan yang mengklaim bahwa produknya memiliki kemampuan Slow Release / Time Release. Kalo kita boleh perjelas iklan produk tersebut adalah sebuah produk vitamin C dengan tag line iklannya "Vitamin C dengan teknologi Time Release, Teknologi time release ini akan membuat vitamin C diserap secara bertahap sehingga lebih efektif diserap tubuh". Lalu yang jadi pertanyaan adalah benarkah ada teknologi seperti iut dalam obat-obatan yang kita konsumsi?
Ternyata dalam dunia ilmu kimia, atau lebih tepatnya rekayasa kimia (chemical Engineering) hal / teknologi tersebut mungkin saja terjadi. Teknologi time release ini dikenal dengan istilah Drug Delivery System.
DrugDelivery terjadi ketika polimer (sintesis maupun alami)
dimasukan kedalam obat atau zat aktif lainnya. Jumlah zat aktif atau obat ini
yang dikeluarkan kemudian akan dikontrol. Drug
delivery ini bertujuan untuk mengurangi potensi kelebihan dosis obat serta
menjaga konsentrasi obat dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Material
pembawa obat atau zat aktif ini harus memiliki sifat-sifat inert, biocompatible, kuat, aman dikonsumsi,
mudah disterilkan, mudah diproduksi dan mampu menampung konsentrasi obat atau
zat aktif yang akan dimasukan. Polimer
yang digunakan untuk mengontrol pelepasan obat diantaranya adalah Polyactides ( PLA ), Polyglycolide (PGA), Poly( lactide-co-glycolides), Polyanhydrides
dan Polyorthoesters (Malmsten, 2002).
Pengunaan polimer sebagai material
pembawa (carrier) akan meminimalkan
kemungkinan terjadinya keracunan akibat tak terurainya material pembawa atau
akibat dari produk – produk samping hasil degradasi yang tidak diinginkan,
sehingga akan meminimalkan potensi terjadinya operasi. Penggunaan polimer juga
memiliki nilai ekonomis karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan
formulasi–formulasi farmasi tradisional (Ansel dkk., 2005).
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk
sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara
perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang
aksi obat (Ansel dkk., 2005). Tujuan utama dari sediaan terkendali adalah untuk
mencapai suatu efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek
samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam
plasma.
Sediaan lepas lambat mempunyai beberapa
keuntungan dibanding bentuk sediaan konvensional, yaitu (Ansel dkk, 1995,
Simon, 2001, dan Shargel dkk., 2005) mengurangi fluktuasi kadar obat di dalam
darah sehingga efek farmakologinya lebih stabil, mengurangi frekuensi
pemberian, dapat menghindari pemakaian obat pada malam hari, meningkatkan
kenyamanan dan kepuasan pasien, mampu membuat lebih rendah biaya harian bagi
pasien karena lebih sedikit satuan dosis yang harus digunakan, dan secara
keseluruhan memungkinkan peningkatan kepercayaan terapi.
Beberapa
sifat fisika kimia yang berpengaruh dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Lee
dan Robinson, 1978) diantaranya dosis, kelarutan, koefisien partisi, stabilitas
obat, dan ukuran molekul. Adapun berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja
sediaan lepas lambat yang dijumpai dalam peredaran antara lain yaitu mikroenkapsulasi,
pompa osmotik, pembentukan kompleks, pembentuk resin penukar ion, sistem
membran terkontrol, dan sistem sistem matriks.
Mikroenkapsulasi
adalah suatu proses dari bahan-bahan padat, cairan bahkan gas dapat dibuat
kapsul (encapsulated) dengan ukuran partikel kecil dibentuk dinding
tipis sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul kapsul (Ansel dkk., 1995).
Bahan
obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia tertentu lainnya
membentuk senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya larut secara
perlahan-lahan dalam cairan tubuh, hal ini tergantung pada pH sekitarnya. Laju
larut yang lambat ini berguna untuk pengadaan obat lepas lambat.
Pelepasan
obat tergantung pada pH dan konsentrasi elektrolit dalam saluran cerna. Umumnya
pelepasan lebih besar dalam lambung yang sama-sama asam daripada usus kecil
yang keasamannya kurang.
Dalam
sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat dari
bentuk sediaan. Tidak seperti matriks hidrofil, polimer membrane tidak bersifat
mengembang. Pelepasan obat dari sediaan dikontrol oleh suatu membran yang
mempunyai lubang, yang diletakkan disekitar partikel atau larutan obat (Lee dan
Robinson, 1978).
Sistemmatriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan dalam
pembuatan tablet lepas lambat (Simon, 2001). Matriks adalah zat pembawa padat
yang didalamnya obat tersuspensi secara merata, zat pembawa ini umumnya
memperpanjang laju pelepasan obat. Obat berada dalam persen yang lebih kecil
dari matriks sehingga matriks dapat memberikan perlindungan yang lebih besar
terhadap air dan obat akan berdifusi keluar secara lambat (Shargel dkk., 2005).
Dikenal ada tiga macam bentuk matriks
penghalang yang dapat digunakan untuk memformulasikan tablet dengan matriks, yaitu :
- Golongan matriks penghalang dari bahan yang tidak larut (skeleto matriks), dirancang utuh dan tidak pecah dalam saluran pencernaan. Zat aktif dibuat tablet dengan berbagai cara salah satunya zat aktif dicampur dengan satu atau lebih bahan tambahan dengan tidak larut dalam saluran cerna, misalnya polietilen, polivinil klorida, dan etil selulosa kemudian digranul. Tahap yang menentukan laju pelepasan obat dari formula ini adalah penetrasi cairan dalam matriks yang dapat dinaikkan dengan menggunakan bahan pembasah sehingga dapat menambah perembesan air kedalam matriks yang menyebabkan disolusi dan difusi obat dari saluran-saluran yang dibentuk dalam matriks (Ansel dkk., 1995).
- Golongan matriks dari bahan yang tidak larut dalam air tetapi dapat terkikis oleh medium elusi. Golongan berupa lilin, lemak, asam stearat, polietilen glikol. Pelepasan obat proses difusi, erosi dan lepasnya obat lebih cepat dibandingkan polimer yang tidak larut. Pelepasan zat aktif dari matriks hidrofob ditentukan oleh sifat dan prosentase bahan pembawa berlemak, ukuran ganda, jumlah granolometer, kelarutan zat aktif dan gaya kempa, pH saluran cerna, dan reaksi enzimatik.
- Golongan pembentuk matriks yang tidak dapat dicerna dan dapat membentuk gel didalam saluran pencernaan. Contoh bahan ini adalah natrium alginat, metil selulosa, galaktomenosa. Pelepasan obat dikendalikan melalui penetrasi air, melalui lapisan yang terbentuk karena hidrasi polimer dan difusi obat melalui polimer yang terhidrasi (Ansel dkk., 1995).
Macam-macam Sediaan lepas lambat
Sediaan
lepas lambat yang digunakan secara peroral dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu repeat action, sustained
release, dan prolonged action.
1.1
Repeat action
Adalah bentuk sediaan oral yang
dirancang untuk melepaskan dosis awal sebanding dengan dosis tunggal biasa obat
dan dosis tunggal yang lain dari obat pada waktu berikutnya, bahkan beberapa
produk mempunyai bagian ketiga yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagian kedua
dilepaskan. Pelepasan yang berurutan diatur oleh “time barier” atau "interic
coating" (Ansel dkk, 1995).
1.2
Sustained release
Dirancang untuk melepaskan suatu dosis
terapi awal obat (loading dose) secara tepat yang diikuti pelepasan obat
yang lebih lambat dan konstan. Konsentrasi obat dalam plasma yang konstan dapat
dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal. Kecepatan pelepasan obat dirancang
sedemikian rupa agar jumlah obat yang hilang dari tubuh karena eliminasi
diganti secara konstan. Keunggulannya adalah dihasilkan kadar obat dalam darah
yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian dosis (Shargel dkk., 2005).
1.3
Prolonged action
Dirancang untuk melepaskan obat secara
lambat dan memberi suatu cadangan obat secara terus menerus selama selang waktu
yang panjang, mencegah absorbsi yang sangat cepat, yang dapat mengakibatkan konsentrasi
puncak obat dalam plasma yang sangat tinggi (Shangel dkk., 2005).
Bentuk
sediaan awal Prolonged action diawali dengan membuat obat tersedia dalam
tubuh sejumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon farmakologi yang
diinginkan. Peningkatan pemasukan obat kedalam badan pada kecepatan yang lebih
lama mempunyai respon farmakologi, disbanding obat dosis biasa (Lee dan
Robinson, 1978).
lengkap banget makasih yah kak
BalasHapusberita persib terbaru